Minggu, 01 April 2018

Cerita Dewasa Menikmati Tubuh Mulus Ibuku

Simak Saja Cerita Sex Kami. Cerita Bokep , Cerita ,Porno , Cerita Dewasa , Cerita Sex , Cerita Ngentot , Cerita TanteCerita Sedarah , Cerita Tukar Pasangan , Cerita Perselingkuhan , Cerita PemerkosaanCerita ABG , Cerita Perawan , Foto Bugil , Foto Memek , Foto Ngentot 





Cerita Dewasa Menikmati Tubuh Mulus Ibuku - Cuaca sekarang sangat panas dan lebih panas dari hari sebelumnya, dan saat ini sebentar lagi liburan semester, ibu yang umurnya masih muda 37 tahun selisih dengan aku 22 tahun, dia masih sangat cantik dan seksi seperti gadis berumur 25 tahunan, setiap harinya merawat tubuh kadang seminggu bisa 3-4 kali ke salon kulitnya putih rambutnya sebahu buah dada yang montok dan menonjol dengan lekukan pinggang dan bokongnya yang padat, betis yang jenjang dan seksi menopang tubuh yang mungil .

Cerita Dewasa Menikmati Tubuh Mulus Ibuku - Aku tak mengerti mengapa memandang ibuku seperti itu, tapi aku dapat memastikan setiap laki-laki yang melihat ibuku pasti ingin memilikinya, termasuk Ayahku yang sangat sibuk dengan usahanya, Ia biasa bepergian ke luar kota bahkan ke berbagai negara untuk mengurus bisnisnya. Sebagai Ayah yang bertanggung jawab , Ia memberikan semua kebutuhan kami seperti rumah yang cukup besar dan mewah dengan taman yang luas serta sarana olah raga di rumah dan kolam renang.

Cerita Dewasa Menikmati Tubuh Mulus Ibuku - Kulihat ibuku di kolam renang mengenakan bikini yang belum pernah kulihat sebelumnya. dadanya yang seperti mengambang di air, Ada perasaan aneh yang timbul dihatiku yaitu perasaan ingin memiliki tubuhnya yang membuat jantungku berdebar . Begitu melihatku, dia menyuruhku mempersiapka sarapan .

Ketika aku didapur, ibuku selesai berenang kemudian membersihkan badannya di kamar mandi. Kucoba untuk meliriknya kekamar mandi , tapi pintu kamar mandi tertutup rapat dan tampak bayang-bayang Ibuku mengurai rambutnya sambil menggosok badannya di bawah shower air hangat, daun pintu kamar mandinya terbuat dari kaca yang buram..sedikit tembus pandang

Cerita Dewasa Menikmati Tubuh Mulus Ibuku - Kami sarapan berdua sambil ngobrol tentang rencana liburan musim panas. Ibu mulai menawarkan liburan dibeberapa kota , tetapi saya tidak setuju..bahkan liburan di beberapa negara tujuan wisata pun saya tidak menyetujui, karena liburanku ini sangat singkat dan ada hari yang akan diisi dengan kegiatan kelompok sekolah ” Lain kali aja Bu !!, setelah Andri lulus ujian ahir sekolah” kataku menghibur.

Jam 11 siang ketika sedang nonton tv, ibuku bilang akan tidur siang. Ketika berjalan menaiki tangga, kulihat goyangan pinggulnya yang membuat naluri kelakianku mulai teransang lagi, seperti waktu melihat Ibu berenang.

Sejam kemudia aku bermaksud istirahat dan tidur siang di-kamarku , tetapi karena cuaca yang agak panas , kunyalakan AC , dan entah kenapa selalu saja lamunanku tubuh indah ibuku. membayangkannya tubuh Ibu sewaktu berenang dikolam dan mandi di kamar mandi tadi.

Kucoba untuk mengalihkan bayangan Ibu dengan membaca cerita lucu2 , tetapi tidak berhasil , malah makin menggila, kubayangkan seandainya aku bercinta dengan Ibu kandungku, dan rangsangannya menjadi birahi untuk memiliki tubuh ibuku.

Mungkin karena ransangan angan untuk meiliki tubuh ibuku , aku nekat keluar kamarku dengan memakai celana pendek, kemudian berjalan melintas ke kamar ibuku. Pintunya terbuka. dan tiba2 terdengar suara ia memanggilku,

“Kaukah itu Andri ??” , kujawabnya “ia Ibu, ada apa bu??”, lalu sambungnya ” Telponkan Mak Urut untuk mama sayang…., masa sangat kelelahan dan nyeri otot habis berenang”,

“ia ibu” jawabku sambil berlari menuju meja telphon di lobi, tetapi terdengar lagi perintah Ibu ” telepon aja dari kamarnya mama”,

artinya saya harus masuk kekakamar mama , dan alangkah kagetnya , kulihat ibu terlentang dan bertelanjang bulat , hanya pakaian tidur yang sangat tipis menutupi sebagian tubuhnya yang indah , mungil dan buah dada yang padat.

Kucoba menahan gejolak nafsuku yang memang sudah sedari tadi bergejolak , tetapi tidak dapat disembunyikan dari pandangan mama, “Awas Andri, jangan pelototin mama yach , sana tuh teleponya cepat sayang”, kucoba telepon Mak Urut, berkali kali- tetapi tidak ada nada sambung, lalu kutawarkan jasa kepada ibuku ”

Teleponnya gak tersambung bu, gimana kalo Andri aja yang urut mama”, tanpa menoleh mama mengiayakan permintaanku ” tuh ambil hand body , urut punggungnya mama, tetapi jangan keras- ya Andri” sambil mama membuka baju tidurnya yang sangat tipis dibahagian atas dan tenkurap”,

Sebagai anak yang patuh dan ada maunya, aku mulai melaksanakan tugas , mulai punggung mama, turun ke pinggangm sampai bokong mama. paha bagian belakang, betis dan tumit, aku sangat mengharapkan ,mama membalikkan badannya dan mengurutnya bagian dada dan perut sampai vaginanya, tetepi tak-kunjung datang, eh taunya nya mama telah tertidur dalam keadaan tengkurap. .

Saya Nekat dan beranikan diri untuk duduk di bokong mama, sambil mengeluarkan pionku ku yang sudah sangat tegang dan kejepit dengan celanaku sambil mengelus-elus pionku dan sekali-kali kugosok-gosokannya diantara paha mama sambil mengurut kembali punggungnya,

Kegiatan ini kulakukan beberapa kali namun tidak ada reaksi dari mama dan kucoba yang lebih hot lagi, yaitu kuselipkan pionku diantara belahan bokongnya lalu saya mengurut punggungnya bagian atas membuat posisi tubuhku seakan akan tengkurap diatas tubuh mama..

Sambil sesekali kutekan pionku menggesek lipatan bokongnya dan ada reaksi dari mama , juga menggerakan bokongnya cuma sesekali.., setelah itu tidak ada lagi…tetapi saya tidak tahan lagi…ternyata saya cepat sekali orgasme..dan moncrot lah lendir kental dari pionku dan membasahi paha mama , namun lagi-lagi tidak ada reaksi mama, rupanya mamaku yang cantik ini betul-betul kelelahan dan tertidur pulas.

Aku turun dari ranjang mama kembali mulai mengelus-ngelus pionku yang masih tegang . Aku telah merasakan sesuatu yang nikmat sekali, dan berlari keluar kamar mama, kembali kekamarku dan akhirnya , kemudian aku tertidur lelap.

Paginya deg-degan aku sudah siap-siap akan kemarahan ibuku, tapi kok ya.., tidak apa-apa, sepertinya dia tidak menemukan bekas maniku pada saat dia bangun.

Aku berjanji pada diriku sendiri tidak akan melakukan itu lagi, karena dia adalah ibuku. Sepanjang siang itu sikap ibuku biasa-bisa saja seperti tidak ada apa-apa. Kupikir mungkinkah dia tahu tapi dia menyukainya, entahlah…, Atau maniku telah mengering waktu dia bangun.

Dua malam kemudian gairah ku kambuh lagi. Malam itu adalah malam terpanas pada musim kemarau ,walaupun AC sudah saya set ke yang paling dingin. Aku tak bisa tidur dan sekali lagi kuberanikan diri ke kamar ibu, kulihat pintu kamarnya tertutup.

Kupikir dia tahu apa yang telah kulakukan sangkin nekatnya kubuka perlahan-lahan pintu kamarnya tanpa menimbulkan suara dan kemudian masuk ke kamar ibuku. Kulihat ibuku tertidur hanya memakai celana dalam dan BH, tanpa baju tidur yang tipis. dalam posisi tertelungkup

Tiba tiba Ibu menyapaku ” Kamukah itu An..” “Ya bu!!”, jawabku singkat dan kaget, rupanya Ibu belum juga tidur ” Ambil vaselin diatas meja hiasnya Ibu, lalu urut Ibu ya !! sayang, Ibu sangat letih”

Aku naik ke ranjang Ibu setelah mengambil vaselin yang ibu minta, ” Dipijit bagian mana bu! ” tanyaku berdebar2 ……….., Pokoknya semua bagian belakang ibu” katanya singkat tanpa berubah posisinya , masih tertelungkup

“Tapi bolehkah saya duduk dibokongnya ibu sambil memijit ??, tanyaku ,”kemaren kamukan duduk juga dibokong ibu, terserah kamu An”, setelah memijit bagian punggung lalu turun kebagian belakan , tapi daerah ini terlindungi dengan tali BH Ibu

Dan saya coba melepaskan kaitannya , dan tidak ada reaksi melarang, malah yang ada Ibu meninggikan sedikit bagian belakangnya dan menarik lepas BH dan disingkirkannya ke lantai, wowwww…mudah2an ini signal pertanda baik bagiku…dan pionku ini makin tegang dan berdenyut-denyut , terjepit diantara celanaku

Untuk mengurangi kecurigaan , kuperbaiki posisi duduk-ku dibokong Ibu agar pion yang sudah sangat membesar tidak mengganjal bokongnya , “ada apa An..” tanya ibu, “gak apa2 Ibu, An hanya gerah.., kok tidak dihidupin AC nya Bu!”

“Jangan sayang !!, Ibu kayaknya mau flu, perasaan menggigil, dan kalo kamu kepanasan buka aja kaosmu”

Mendengar kata Ibu…jantungku makin berdetak kencang…mungkin ini udah isyarat lampu kuning..

Selanjutnya saya mulai memijit kebagian bawah yaitu bagian pinggang dan seterusnya kebagian bokongnya.., tapi mama masih pake CD, Apa saya perlu buka juga tanpa memberitau ibu seperti waktu membuka kaitan BHnya??

Ahh..saya tidak berani melucuti CD mama, kawatir mama marah dan merusakan suasanaku yang hampir berhasil ..

”Dipijat juga bokongnya bu??”, tanyaku mengharap ..,”Iya donk..”,

“Tapi terhalang dengan CD Ibu!!” kataku mulai memainkan strategi kotor dan mengharapkan CDnya saya bukakan, ” Apa mama perlu buka CDnya, kamu-kan bisa tarik aja sedikit kebawah tanpa perlu membukanya” kata mama lihay.

Wahhh.., rupanya rencanaku kali ini akan gagal total,..tetapi pikirku lagi..”Andri bukan anak mama kalau tidak berhasil” dan mulai lagi saya menyusun strategi baru “Kalau uda selesai bilang ya Ma..”, maksudku kalau memang mama menginginkan saya cumbui pasti dia tidak akan bilang selesai

Seperti dua malam lalu, ” Iya sayang !!. emangnya kamu bikin apa setelah memijit mama??”, “gak ada mama” jawabku singkat mengharapkan ajakan mama tidur dikamarnya, tetapi ..lama..lama sekali juga tidak ada jawaban…,

Setelah saya memijit betis sampai telapak kakinya…, tidak ada juga reaksi dari mama untuk menyuruh saya berhenti, mungkinkah mama pingin lagi diperlakukan kayak 2 malam lalu???, saya coba istirahat sejenak sambil memperhatikan raut mukanya..ternyata mama terlelap ketiduran.

Timbul keberanianku …kutarik CDnya makin kebawah..dan kukeluarkan pionku lalu kuselip diantara lipatan bokongnya, kalau 2 malam yang lalu masih dibatasi dengan CDnya tapi kali ini langsung malah kepala pionku merasakan bibir vagina mama yang berlendir dan hangat.., dan badanku menindih badan mama yang tertelungkup.., dan belum juga ada reaksi…, kucoba mencium pipinya , juga belum ada reaksi, dan sayapun makin nekat …dengan meraba kedua buah dada mama dari belakan.., mama mulai menggeliat dengan menaikan sedikit belakannya ,

Mungkin memberi kesempatan kedua tangan saya untuk meremas kedua teteknya, kesempatan ini tidak kusiasiakan…dan birahikupun makin menggejolak.., kemudian mama juga mulai meninggikan bokongnya..membuat pionku lebih masuk diantara sela-sela bibir vaginanya ,

Owwwwww… kepala pionku sempat merasakan getaran bibir vagina mama yang sudah basah dan hangat.. crrotttt, ternyata saya cepat sekali orgasme. seperti malam sebelumnya kutinggalkan mama dalam keadaan tertidur setelah menaikan kembali celana dalamnya.

Jam 7 pagi ibuku bangun terus mandi. Aku keluar kamar terus ke dapur. Dia sedang sarapan dan bicaranya wajar seperti tidak ada apa-apa sambil mencuci piring. Aku ke kamar mandinya, kulihat celana dalamnya basah kuyup oleh maniku.

Sekarang akau yakin sekali, ibuku tahu kelakuanku. Malah aku jadi bingung sendiri, soalnya ibuku tidak memperlihatkan perubahan apapun. Dia pergi ke supermarket dan kembali tiga jam kemudian. Aku masih memikirkan apa yang akan kulakun dengan ibuku malam ini.

Kita nonton TV, kemudian ibuku bilang akan pergi tidur. Kutunggu hampir 2 jam, biar dia tidur nyenyak dulu. Kemudian masuk kamarnya dan kulihat dia tidur berselimut. sialan.., rupanya dia tidak suka aku kerjain seperti malam2 lalu.

Aku sudah tegang banget, kuambil vaseline kuoleskan ke pionku kemudian akau naik keranjang. Dia tidur tengkurap dengan kakinya terbuka sangat lebar. Kucoba singkap selimutnya agar bisa lebih muda pekerjaanku.

Ketika kusingkap selimutnya, jantungku hampir berhenti berdenyut, dia telanjang bulat! Aku lihat vaginanya dengan jelas dan bibir vaginanya kelihatannya begitu hangat. Dengan tangan gemetaran kusentuh vaginanya perlahan kemudian kuusap-usap dengan lembut. Lama-lama vaginanya semakin basah, kemudian kutarik kedua kakinya berlawanan sehingga kakinya semakin membentang lebar.

Tiba-tiba dia bergerak, posisinya menjadi miring membelakangiku. Tapi kedua kakinya masih terbuka lebar. Aku berbaring di belakangnya dan mulai menggesekan pionku di antara pahanya dan kucoba menyentuh vaginanya.

Dia tidak bergerak ketika perlahan-lahan pionku masuk makin dalam ke vaginanya. Aku mulai memompanya keluar masuk perlahan- lahan, kudengar dia mendesah dan mengeliat , tangankupun tidak diam , kuremas buah dadanya , bergantian kujilati putingnya.., geliatan mama makin bertambah dan kadang2 mencakar punggungku…, tetapi mata mama masih terpejam kayaknya mama sedang mimpi bersanggama.

Aku nggak tahan lagi, sehingga kocokanku semakin keras dan cepat. Kurasakan cairan di vaginanya semakin deras. Aku juga merasakan sudah waktunya akan orgasme, tiba-tiba dia mengangkat bokongnya dan menggoyangkannya ,

Kerakan ini membuat saya orgasme dan mama tiba2 menarik bokongnya kesamping melepaskan pionku dari vaginanya sehingga maniku berhamburan di bibir vaginanya. dan seprei .Kemudian dia tidur lagi telentang dengan kedua kakinya dirapatkan.

Setelah beberapa menit kemudian kulihat kedua teteknya yang besar. Kemudian kujilat dan kuhisap-hisap. Ibuku mendesah-desah ketika kuhisap putingnya. Aku mulai menggesek-gesekan pionku lagi yang mulai membesar tegang diantara kedua teteknya dan dan untuk kedua kalinya air maniku berceceran di antara teteknya.

Aku kembali kekamarku dan sulit kupercaya apa yang telah terjadi aku telah berhasil setubuhi ibuku. Kemudian aku tertidur dengan nyenyak sekali.

Pagi harinya kulihat ibuku memakai daster. Kulihat juga puting susunya di balik dasternya yang tipis. Dia tidak ngomong apapun tentang semalam. Heran.., kenapa dia melepaskan vaginanya sebelum aku orgasme. Aku masih takut-takut untuk mulai ngomong denganya.

Siangnya ibuku pergi dengan temannya untuk menghadiri pesta perkawinan. Jam 11 malam baru pulang, mungkin jalan-jalan dulu. Dia bilang sangat lelah sekali dan ingin tidur dengan nyenyak. Ketika ngomong begitu dia tersenyum manis sekali kemudian menciumku dan bilang selamat malam. Kutunggu hampir 1 jam, kemudian kulepas semua pakaianku kemudian kekamar ibuku, pintunya terbuka.

“Wwaaw..!, Dia tidur telanjang tanpa sehelai benangpun menutupi tubuhnya. Tidurnya telentang dengan kedua kakinya terbuka sangat lebar. Aku berlutut di antara kedua kakinya dan mulai mengelus-elus vaginanya dengan tangan sebelahnya kuusap-usap putingnya. Vaginanya semakin basah saja dan pionku semakin keras. Kuarahkan pionku ke vaginanya, “Hmm…, nikmatnya”, dan dia kudengar mendesah juga.

Kurasakan otot vaginanya meremas-remas pionku sehingga aku mulai memompa lebih cepat dan keras. Aku hisap putingnya juga. Ibuku terbangun!, dan tersenyum dengan suaranya yang perlahan nyaris tak terdengar , “Oh.., Andri”. “Aku sangat mencintaimu Mam dan aku ..aku..aku..akan ngentotin Mama jika Mami menginginkanya juga” Kemudian dia bilang sambil mendesah, “Ok, sayang …tapi jangan semprotkan di dalam ya, Aku tak mau dihamili anaku sendiri”.

Ketika kudengar itu, kugenjot semakin keras dan keras. Dia bilang, “Oh An, Yang keras lagi dong. Mami suka pion yang besar. Oooh.., Mami mau sampai, An,,, Mami…, ssaammpppaaii…” Kugenjot tambah keras lagi, kurangkul tubuh ibuku yang mungil, hangat, dengan kencang , kututp mulunya dengan mulutku dan kusedot lidahnya .

Kurasakan vagina ibuku makin kencang menjepit …aku mau sampai juga. “Aku ingin semprotkan di dalam Mam, Akan kusemprotkan semuanya di dalam.” “Jangan An…, tolong jangan…, Mami tidak pakai kontrasepsi…, ntar Mami hamil”

“Nggak bisa Mam, aku sangat menginginkanya. Sekaranghh Mam…, Mam aku sampai” “An manimu panas sekali, Mami suka sekali sayang.” “Tapi.., iyer.., terus sayang.., teruskan..,a..aahh” Ternyata dia sangat menyukainya dan aku juga sangat menyenanginya.

dan sejak itu mama tidak perlu lagi berlagak tidur kalau dia lagi kesepian, karena sering ditinggalkan oleh Papa, selanjutnya …. so kita ngentot 2 sampai 3 kali sehari dan aku tau persis kalau mama memberitahu mau tidur belum waktunya , berarti dia pingin ngentot dan saya langsung ikut dibelakannya tidak menunggu lagi, malah beberapa kali kita ngentot di dapur, sova kadang kadang di karpet ruang tamu .

Pernah sekali waktu saya dan mama sempat mengantar ayah ke bandara, sepulang dari bandara, karena mama pingin sekali ngentot dan mencari suasana baru , kita berdua checkin di hotel bintang 5, kita melampiaskan nafsu berdua sepanjang hari , sampai sampai pionku terasa keram.

Setelah itu, kita selalu tidur telanjang bulat sekamar kalau ayah keluar kota lagi dan semua gaya kita sudah lakukan . Sebelum tidur..kita ngnetot, setelah itu cerita-serita macam..macam sampai tertidur , kadang-kadang tengah malam terbangun dan mama minta ditiduri lagi sampai terpulas

Yang jelas setiap bangun pagi.. pionku ini keduluan terbangun alias berdiri minta dikeloni dalam vaginanya mama , Sekarang umurku 19. Ibuku 39 dan kita masih ngentot terus. Ibuku hamil, tapi dia putuskan untuk mengugurkannya . Tapi dia bilang, boleh ngentotin dia terus kalau ayah bepergian.

Pernah sekali saya tanyakan kepada mama tentang perlakuan saya pada mama , setubuhi mama dalam keadaan tidur, mama jawab…sebenarnya Dia tidak pernah tertidur , malah dia takut kehilangan saya kalau dia terjaga.. jadi mama membiarkan dirinya disetubuhi oleh anak kandungnya, dari pada dia pergi mencari pasangan diluar.

“Kenapa tidak menunggu papa” tanyaku, “Papamu itu sejak 3 tahun lalu tidak bisa lagi gauli mama, tetapi papa sangat menyayangi kita semua, karena itu mama juga tidak mau menghianatinya” kata mama mulai bercerita, “hanya akhir akhir ini , mama tidak tahan lagi … dan selalu kalau keinginan itu datang …mama kayaknya seperti gila” ,

“wajar itu mam” kataku singkat, “Maafkan mama melibatkanmu sayang ” kata mama , “Tidak apa mam, malah Andri sangat berterima kasih karena mau menerima cinta Andri , dan selalu mau melayani keinginan Andri”, kami berdiam dipembaringan, lanjutnya “Tapi kamu harus mencari pacar , perbuatan kita ini pasti ada akhirnya” ,

“Mama jangan paksakan Andri mencintai seseorang…, karena selama mama masih ada, cinta andri hanya untuk mama..” kataku tegas, “Tidak boleh seperti itu Andri, mama kan ibu yang melahirkanmu”,” siapa bilang ma!!, itukan cuma aturan manusia, buktinya kita inikan sudah melanggarnya, lagi pula cinta itu tidak dapat dipaksakan, dan tidak pernah meilih siapa, siapa”,

” Kapan anak mama pintar bercinta kayak pujangga” kata mama menggoda “, entahlah ma..mungkin sejak mama berkorban membiarkan mama disetubuhi oleh anak kandung mama”,

” terus sampai kapan kita begini “, “sampai mama tidak lagi mencintai Andri” oh…anakku…” …terdiam dan mama memeluku…dan setiap kali mama memelukku menimbulkan gairahku yang nanti reda kalau saya sudah lampiaskan dengan menyetubuhi mama.
Share:

Cerita Dewasa Sungguh Nikmat Jepitan Memek Janda

Simak Saja Cerita Sex Kami. Cerita Bokep , Cerita ,Porno , Cerita Dewasa , Cerita Sex , Cerita Ngentot , Cerita Tante , Cerita Sedarah , Cerita Tukar Pasangan , Cerita Perselingkuhan , Cerita Pemerkosaan , Cerita ABG , Cerita Perawan , Foto Bugil , Foto Memek , Foto Ngentot 




Cerita Dewasa Sungguh Nikmat Jepitan Memek Janda – Tante Midha merupakan sebuah pengalaman sex yang tidak bisa aku lupakan karena hal ini aku bisa melakukan bercinta dengan tante yang melebihi usiaku pada saat ini yang mengijak ke 25 tahun dan tante ber umur 32 tahun tapi masih kelihatan seumuran dengan ku.

Cerita Dewasa Sungguh Nikmat Jepitan Memek Janda – Memang tante ini suka merawat tubuhnya disalon dan rutin dengan olah raga jadi masih kelihatan muda sekali. Oh ya perkenalkan namaku Djoel ceritaku ini merupakan sebuah pengalaman pribadi dan aku ingin berbagi kepada kalian semua Tante MIDHA mempunyai wajah yang cantik dengan rambut sebahu.

Kulitnya putih bersih. Selain itu yang membuatku selama ini terpesona adalah payudara tante Midha yang luar biasa montok. Perkiraanku payudaranya berukuran 36C.

Ditambah lagi pinggul aduhai yang dimiliki oleh janda cantik itu. Bodi tante Midha yang indah itulah yang membuatku tak dapat menahan birahiku dan selalu berangan-angan bisa menikmati tubuhnya yang padat berisi.

Setiap melakukan onani, wajah dan tubuh tetanggaku itu selalu menjadi inspirasiku. Pagi itu jam sudah menunjukan angka tujuh. Aku sudah bersiap untuk berangkat ke kampus. Motor aku jalankan pelan keluar dari gerbang rumah.

Cerita Dewasa Sungguh Nikmat Jepitan Memek Janda – Dikejauhan aku melihat sosok seorang wanita yang berjalan sendirian. Mataku secara reflek terus mengikuti wanita itu. Maklum aja, aku terpesona melihat tubuh wanita itu yang menurutku aduhai, meskipun dari belakang. Pinggul dan pantatnya sungguh membuat jantungku berdesir. Saat itu aku hanya menduga-duga kalau wanita itu adalah tante Midha.

Bersamaan dengan itu, celanaku mulai agak sesak karena kontolku mulai tidak bisa diajak kompromi alias ngaceng berat. Perlahan-lahan motor aku arahkan agak mendekat agar yakin bahwa wanita itu adalah tante Midha.

“Eh tante Midha. Mau kemana tante?” sapaku.

Tante Midha agak kaget mendengar suaraku. Tapi beliau kemudian tersenyum manis dan membalas sapaanku.

“Ehm.. Kamu Djoel. Tante mau ke kantor.

Kamu mau ke kampus?” tante Midha balik bertanya.

“Iya nih tante. Masuk jam delapan. Kalau gitu gimana kalau tante saya anter dulu ke kantor? Kebetulan saya bawa helm satu lagi,” kataku sambil menawarkan jasa dan berharap tante Midha tidak menolak ajakanku.

“Nggak usah deh, nanti kamu terlambat sampai kampus lho” Suara tante Midha yang empuk dan lembut sesaat membuat kontolku semakin menegang.

“Nggak apa-apa kok tante. Lagian kampus saya kan sebenarnya dekat,” kataku sambil mataku selalu mencuri pandang ke seluruh tubuhnya yang pagi itu mengenakkan bletzer dan celana panjang. Meski tertutup oleh pakaian yang rapi, tapi aku tetap bisa melihat kemontokan payudaranya yang lekukannya tampak jelas.

“Benar nih Djoel mau nganterin tante ke kantor? Kalau gitu bolehlah tante bonceng kamu,” kata tante Midha sambil melangkahkan kakinya diboncengan. Aku sempat agak terkejut karena cara membonceng tante yang seperti itu.

Tapi bagaimanapun aku tetap diuntungkan karena punggungku bisa sesekali merasakan empuknya payudara tante yang memang sangat aku kagumi.

Apalagi ketika melewati gundukan yang ada di jalan, rasanya buah dada tante semakin tambah menempel di punggungku. Pagi itu tante Midha aku anter sampai ke kantornya. Dan aku segera menuju ke kampus dengan perasaan senang.

Waktu itu hari sabtu. Kebetulan kuliahku libur. Tiba-tiba telepon di sebelah tempat tidurku berdering. Segera saja aku angkat.

Dari seberang terdengar suara lembut seorang wanita. “Bisa bicara dengan Djoel?”

“Iya saya sendiri?” jawabku masih dengan tanda tanya karena merasa asing dengan suara ditelepon.

“Selamat pagi djoel. Ini tante Midha…!,” aku benar-benar kaget bercampur aduk.

“Se.. Selamat.. Pa.. Gi tante. Wah tumben nelpon saya. Ada yang bisa saya bantu tante?” kataku agak gugup.

“Pagi ini kamu ada acara nggak djoel? Kalau nggak ada acara datang ke rumah tante ya. Bisa kan?” Pinta tante Keny dari ujung telepon.

“Eh.. Dengan senang hati tante. Nanti sehabis mandi saya langsung ke tempat tante,” jawabku.

Kemudian sambil secara reflek tangan kiriku memegang kontolku yang mulai membesar karena membayangkan tante Midha. “Baiklah kalau begitu. Aku tunggu ya. Met pagi djoel.. Sampai nanti!” suara lembut tante Midha yang bagiku sangat menggairahkan itu akhirnya hilang diujung tepelon sana.

Pagi itu aku benar-benar senang mendengar permintaan tante Midha untuk datang ke rumahnya. Dan pikiranku nglantur kemana- mana. Sementara tanganku masih saja mengelus-elus kontolku yang makin lama, makin membesar sambil membayangkan jika yang memegang kontolku itu adalah tante Midha. Karena hasratku sudah menggebu, maka segera saja aku lampiaskan birahiku itu dengan onani.

Aku bayangkan aku sedang bersetubuh dengan tante Midha yang sudah telanjang bulat sehingga payudaranya yang montok menunggu untuk dikenyot dan diremas. Mulut dan tanganku segera menyapu seluruh tubuh Tante Midha.

“Tante.. Tubuhmu indah sekali. Payudaramu montok sekali tante. Aaah.. Ehs.. Ah,” mulutku mulai merancau membayangkan nikmatnya ML dengan tante Midha.

Jarum jam sudah menunjuk ke angka 8 lebih 30 menit. Aku sudah selesai mandi dan berdandan. “Nah, sekarang saatnya berangkat ke tempat tante Midha. Aku sudah nggak tahan pingin lihat kemolekan tubuhmu dari dekat sayang,” gumamku dalam hati.

Kulangkahkan kakiku menuju rumah tante Midha yang hanya berjarak 100 meter aja dari rumahku. Sampai di rumah janda montok itu, segera saja aku ketuk pintunya.

“Ya, sebentar,” sahut suara seorang wanita dari dalam yang tak lain adalah tante Midha.

Setelah pintu dibuka, mataku benar-benar dimanja oleh tampilan sosok tante Midha yang aduhai dan berdiri persis di hadapanku. Pagi itu tante mengenakan celana street hitam dipadu dengan atasan kaos ketat berwarna merah dengan belahan lehernya yang agak ke bawah.

Sehingga nampak jelas belahan yang membatasi kedua payudaranya yang memang montok luar biasa. Tante Midha kemudian mengajakku masuk ke dalam rumahnya dan menutup serta mengunci pintu kamar tamu. Aku sempat dibuat heran dengan apa yang dilakukan janda itu.

“Ada apa sih tante, kok pintunya harus ditutup dan dikunci segala?” tanyaku penasaran.

Senyuman indah dari bibir sensual tante Midha mengembang sesaat mendengar pertanyaanku. “Oh, biar aman aja. Kan aku mau ajak kamu ke kamar tengah biar lebih rilek ngobrolnya sambil nonton TV,” jawab tante Midha seraya menggandeng tanganku mengajak ke ruangan tengah.

Sebenarnya sudah sejak di depan pintu tadi kontolku tegang karena terangsang oleh penampilan tante Midha. Malahan kali ini tangan halusnya menggenggam tanganku, sehingga kontolku nggak bisa diajak kompromi karena semakin besar aja.

Di ruang tengah terhampar karpet biru dan ada dua bantal besar diatasnya. Sementara diatas meja sudah disediakan minuman es sirup berwarna merah. Kami kemudian duduk berdampingan.

“Ayo djoel diminum dulu sirupnya,” kata tante padaku.

Aku kemudian mengambil gelas dan meminumnya. “djoel. Kamu tahu nggak kenapa aku minta kamu datang ke sini?” tanya tante Ken sambil tangan kanan beliau memegang pahaku hingga membuatku terkejut dan agak gugup.

“Ehm.. Eng.. Nggak tante,” jawabku.

“Tante sebenarnya butuh teman ngobrol…. Maklumlah anak-anak tante sudah jarang sekali pulang karena kerja mereka di luar kota dan harus sering menetap disana. Jadinya ya.. Kamu tahu sendiri kan, tante kesepian.

Kira-kira kamu mau nggak jadi teman ngobrol tante? Nggak harus setiap hari kok..!,” kata tente seperti mengiba. Dalam hati aku senang karena kesempatan untuk bertemu dan berdekatan dengan tante akan terbuka luas. Angan-angan untuk menikmati pemandangan indah dari tubuh janda itu pun tentu akan menjadi kenyataan.

“Kalau sekiranya saya dibutuhkan, yaboleh-boleh aja tante. Justru saya senang bisa ngobrol sama tante. Biar saja juga ada teman. Bahkan setiap hari juga nggak apa kok” Tante tersenyum mendengar jawabanku. Akhirnya kami berdua mulai ngobrol tentang apa saja sambil menikmati acara di TV.

Enjoi sekali. Apalagi bau wangi yang menguar dari tubuh tante membuat angan- anganku semakin melayang jauh. “djoel, udara hari ini panas ya? Tante kepanasan nih. Kamu kepanasan nggak?” tanya tante Midha yang kali ini sedikit manja.

“Ehm.. Iya tante. Panas banget. Padahal kipas anginnya sudah dihidupin,” jawabku sambil sesekali mataku melirik buah dada tante yang agak menyembul, seakan ingin meloncat dari kaos yang menutupinya. Mata Tante Midha terus menatapku hingga membuatku sedikit grogi, meski sebenarnya birahiku sedang menanjak. Tanpa kuduga, tangan tante memegang kancing bajuku.

“Kalau panas dilepas aja ya djoel, biar cepet adem,” kata tante Midha sembari membuka satu-persatu kancing bajuku, dan melepaskannya hingga aku telanjang dada.. Aku saat itu benar-benar kaget dengan apa yang dilakukan tante padaku.

Dan aku pun hanya bisa diam terbengong-bengong. Aku tambah terheran-heran lagi dengan sikap tente Midha pagi itu yang memintaku untuk membantu melepaskan kaos ketatnya.

“djoel, tolongin tante dong. Lepasin kaos tante. Habis panas sih..,” pinta tante Ken dengan suara yang manja tapi terkesan menggairahkan.

Dengan sedikit gemetaran karena tak menyangka akan pengalaman nyataku ini, aku lepas kaos ketat berwarna merah itu dari tubuh tante Midha. Dan apa yang berikutnya aku lihat sungguh membuat darahku berdesir dan kontolku semakin tegang membesar serta jantung berdetak kencang.

Payudara tante Ken yang besar tampak nyata di depan mataku, tanpa terbungkus kutang. Dua gunung indah milik janda itu tampak kencang dan padat sekali.

“Kenapa djoel. Kok tiba-tiba diam?” tanya tante Midha padaku.

“E.. Em.. Nggak apa-apa kok tante,” jawabku spontan sambil menundukkan kepala.

“Ala.. enggak usah pura-pura. Aku tahu kok apa yang sedang kamu pikirkan selama ini. Tante sering memperhatikan kamu. djoel sebenarnya sudah lama pingin ini tante kan?” kata tante sambil meraih kedua tanganku dan meletakkan telapak tanganku di kedua buah dadanya yang montok.

“Ehm.. Tante.. Sa.. Ya.. Ee..,” aku seperti tak mampu menyelesaikan kata-kataku karena gugup. Apalagi tubuh tante MIDHA semakin merapat ke tubuhku.

“djoel.. Remas susuku ini sayang. Ehm.. Lakukan sesukamu. Nggak usah takut-takut sayang. Aku sudah lama ingin menimati kehangatan dari seorang laki-laki,” rajuk tante Midha sembari menuntun tanganku meremas payudara montoknya.

Sementara kegugupanku sudah mulai dapat dikuasai. Aku semakin memberanikan diri untuk menikmati kesempatan langka yang selama ini hanya ada dalam angan-anganku saja. Dengan nafsu yang membara, susu tante Midha aku remas-remas.

Sementara bibirku dan bibirnya saling berpagutan mesra penuh gairah. Entah kapan celanaku dan celana tante lepas, yang pasti saat itu tubuh kami berdua sudah polos tanpa selembar kainpun menempel di tubuh.

Permaianan kami semakin panas. Setelah puas memagut bibir tante, mulutku seperti sudah nggak sabar untuk menikmati payudara montoknya

“Uuhh.. Aah..” Tante Midha mendesah- desah tatkala lidahku menjilat-jilat ujung puting susunya yang berbentuk dadu. Aku permainkan puting susu yang munjung dan menggiurkan itu dengan bebasnya. Sekali-kali putingnya aku gigit hingga membuat Tante menggelinjang merasakan kenikmatan.

Sementara tangan kananku mulai menggerayangi ‘memek’ yang sudah mulai basah. Aku usap-usap bibir memek tante dengan lembut hingga desahan-desahan menggairahkan semakin keras dari bibirnya.

“djoel.. Nik.. Maat.. Sekali sa.. Yaang.. Uuuhh.. Puasin tante sayang.. Tubuhku adalah milikmu,” suara itu keluar dari bibir janda montok itu.

Aku menghiraukan ucapan tante karena sedang asyik menikmati tubuh moleknya. Perlahan setelah puas bermain- main dengan payudaranya mulutku mulai kubawa ke bawah menuju memek tante Midha yang bersih terawat tanpa bulu.

Dengan leluasa lidahku mulai menyapu memek yang sudah basah oleh cairan. Aku sudah tidak sabar lagi.

Batang kontolku yang sudah sedari tadi tegak berdiri ingin sekali merasakan jepitan memek janda cantik nan montok itu. Akhirnya, perlahan kumasukkan batang kontolku ke celah-celah memek. Sementara tangan tante membantu menuntun tongkatku masuk ke jalannya.

Kutekan perlahan dan.. “Aaah..” suara itu keluar dari mulut tante setelah kontolku berhasil masuk ke dalam liang senggamanya. Kupompa kontolku dengan gerakan naik turun. Desahan dan erangan yang menggairahkanpun meluncur dari mulut tante yang sudah semakin panas birahinya.

“Aach.. Ach.. Aah.. Terus sayang.. Lebih dalam.. Lagi.. Aah.. Nik.. Mat..,” tante Ken mulai menikmati permainan itu.

Aku terus mengayuh kontolku sambil mulutku melumat habis kedua buah dadanya yang montok. Mungkin sudah 20 menitan kami bergumul. Aku merasa sudah hampir tidak tahan lagi. Batang kemaluanku sudah nyaris menyemprotkan cairan sperma.

“Tante.. Punyaku sudah mau keluar..”

“Tahan seb.. Bentar sayang.. Aku jug.. A.. Mau sampai.. Aaach..” akhirnya tante tidak tahan lagi.

Kamipun mengeluarkan cairan kenikmatan secara hampir bersamaan. Banyak sekali air mani yang aku semprotkan ke dalam liang senggama tante, hingga kemudian kami kecapekan dan berbaring di atas karpet biru.

“Terima kasih djoel. Tante puas dengan permainan ini. Kamu benar-benar jantan. Kamu nggak nyeselkan tidur dengan tante?” tanya beliau padaku.

Aku tersenyum sambil mencium kening janda itu dengan penuh sayang. “Aku sangat senang tante. Tidak kusangka tante memberikan kenikmatan ini padaku. Karena sudah lama sekali aku berangan-angan bisa menikmati tubuh tante yang montok ini” Tante Midha tersenyum senang mendengar jawabanku.

“djoel sayang. Mulai saat ini kamu boleh tidur dengan tante kapan saja, karena tubuh tante sekarang adalah milikmu. Tapi kamu juga janji lho. Kalau tante kepingin.. kamu temani tante ya.,” kata tante Midha kemudian. Aku tersenyum dan mengangguk tanda setuju.

Dan kami pun mulai saling merangsang dan bercinta untuk yang kedua kalinya. Hari itu adalah hari yang tidak pernah bisa aku lupakan. Karena angan- anganku untuk bisa bercinta dengan tante Midha dapat terwujud menjadi kenyataan.

Sampai saat ini sampai kutuliskan cerita ini aku dan tante Midha masih selalu melakukan aktivitas sex dengan berbagai variasi. Dan kami sangat bahagia.
Share:

Pemerkosaan Pembantu Yang Bahenol

Simak Saja Cerita Sex Kami. Cerita Bokep , Cerita ,Porno , Cerita Dewasa , Cerita Sex , Cerita Ngentot , Cerita Tante , Cerita Sedarah , Cerita Tukar Pasangan , Cerita Perselingkuhan , Cerita Pemerkosaan , Cerita ABG , Cerita Perawan , Foto Bugil , Foto Memek , Foto Ngentot 




Pemerkosaan Pembantu yang Montok Dan Bahenol – Waktu SMP kelas dua, di rumah ada pembantu, namanya Bi Encum. Aku suka melihat Bi Encum makannya banyak. Gak heran badannya juga gemuk. Nah, kebetulan kamarku di lantai dua, dan dibawahnya pas kamar mandi Bi Encum. Lantai kamarku itu cuma pakai multiplex tebal yang dilapisi karpet plastik yang agak tebal juga. Di antara lantai kamarku dengan kamar mandi Bi Encum nggak ada pembatas atau eternitnya.


Aku cari akal gimana caranya bisa ngintip Bi Encum kalo lagi mandi dari lantai kamarku. Aku pikir, kalau ada lubang dari kamarku pasti bisa langsung kelihatan isi kamar mandinya Bi Encum. Lalu aku cari sela-sela lantai di kolong ranjangku agar tidak mudah ditemukan orang. Sedikit demi sedikit kulubangi lantai dengan obeng kecil. Jadilah lubang sebesar satu centimeter tapi cukup besar untuk melihat sesisi kamar mandi pembantu. Nah, sejak saat itu aku rajin mengintip Bi Encum mandi dari atas. Bi Encum ini orangnya baik, kulitnya agak putih, bersih, dan toketnya gede banget. Kadang dia suka mainin toketnya kalo lagi mandi. Aku sering coli juga kalau pas lagi ngintip Bi Encum mandi. Cerita Seks Terbaru

Suatu saat, aku dikasih dua butir pil tidur sama teman. Pil itu aku umpetin di atas lemari, di sela tumpukan barang-barangku. Nah, aku percaya kesempatan itu nggak datang dua kali. Suatu ketika, berbulan-bulan kemudian, keluargaku pada liburan ke rumah Nenek di Jawa Barat. Aku ditinggal berdua saja dengan Bi Encum karena aku bilang, malas pergi-pergi.

Malamnya sehabis makan, aku tumbuk dua butir pil itu di kamarku hingga menjadi halus sekali dan aku masukkan ke lipatan kertas, lalu aku kantungi di celana pendekku. Tak lama kupanggil Bi Encum ke atas agar menemaniku nonton TV di ruang TV yang ada di depan kamarku di lantai dua. Di ruang TV ini nggak ada kursi sama sekali, cuma pakai permadani lama saja sebagai alasnya dan beberapa bantal besar.

Sebentar kita nonton, aku bilang ke Bi Encum mau turun ke dapur mengambil minum. Aku lalu membuat dua gelas sirup. Yang satu kububuhi tumbukan pil tidur tadi. Sempat lama mengaduknya karena serbuk itu masih ada yang mengambang, tapi lama-lama hancur juga. Aku bawa dua gelas sirup tadi ke atas. Sirup yang sudah dibubuhi serbuk pil tidur kukasihkan ke Bi Encum. Bi Encum tadinya nolak, tapi aku bilang, “Nggak apa-apa, Bi. Sekalian tadi bikinnya.”

Sambil nonton TV, aku ngobrol ngalor-ngidul dengan Bi Encum. Bi Encum ini seorang janda, umurnya sekitar 30 tahunan. Yang aku pernah dengar cerita dari Ibuku, Bi Encum dicerai suaminya karena nggak bisa punya anak. Mungkin mandul. Posisi kita nonton berdua duduk di lantai, tapi nggak lama, Bi Encum merubah posisinya dari duduk, menjadi tiduran sambil kepalanya ditopang bantal besar.

Aku terus ajak dia ngobrol sambil nonton TV. Lama-lama, kok aku kayak ngomong sendiri? Nggak taunya Bi Encum sudah tertidur. Aku diam sambil cari akal, ada kali setengah jam sambil melirik posisi Bi Encum yang tidur melingkar seperti pistol. Bi Encum pakai daster hijau selutut.

Aku panggil Bi Encum, “Bi.. Bi Encum..” Tapi tak menjawab. Lalu aku pegang tangannya sambil kuguncang-guncangkan dan panggil namanya perlahan, “Bi.. Bi Encum..” Oh, ternyata dia sudah pulas. Aku cek lagi dengan mengguncang-guncangkan pahanya,

“Bi.. Bi Encum..” Dia tetap diam, napasnya saja yang turun-naik teratur. Ternyata Bi Encum sudah pulas sekali. Jantungku berdegup keras.

Dengan terburu-buru aku turun ke bawah untuk mengunci pagar halaman, pintu depan, dan pintu dapur. Gorden tak lupa kurapatkan. Bret! Lalu aku matikan lampu ruang tamu dan lampu dapur. Habis itu aku naik lagi ke atas. Hmm, Bi Encum masih tertidur dengan posisi yang tadi. Lalu kukunci pintu ruang TV yang mengarah keluar. Gorden jendela kurapatkan juga. Ah, aman!

Perlahan kudekati Bi Encum. Kuguncang-guncangkan kakinya lagi. Dia tetap tidur. Lalu kurubah posisi Bi Encum yang tadinya melingkar, jadi telentang. Bantal besar yang mengganjal kepalanya perlahan-lahan kugeser sehingga terlepas dari kepalanya.

Dadaku terasa sakit karena jantungku berdegup kencang, napasku memburu. Lalu kuangkat perlahan dasternya dari bawah sampai ke atas perut sambil melihat mukanya, hmmm masih pulas. Sekarang terlihat paha Bi Encum yang bulat, besar, agak putih, dan bersih nggak ada bekas lukanya. Perutnya gemuk berisi. Gundukan CDnya warna krem. Menyembul di atas perutnya toket besarnya yang ditutupi BH warna krem.

Tapi aku nggak terlalu penasaran dengan toketnya karena sudah sering melihatnya.
Aku lalu coba merunduk. Kuciumi mekinya yang masih pakai CD. Ah, nggak ada bau apa-apa. Lalu ku elus-elus pahanya serta mekinya perlahan-lahan sambil sesekali melihat muka Bi Encum. Ah, masih pulas, pikirku. Malah sekarang sudah mendengkur halus.

Lalu kupegang gundukan mekinya. Hmm, tebal bangeet. Sebentar, kucoba korek sedikit mekinya lewat sela CD. Hmm, aku ingat, bulu jembinya sedikit dan jarang-jarang tumbuhnya. Keringat dingin mulai keluar dan aku semakin gemeteran. Lama aku begitu, korek-korek meki sambil elus-elus mekinya Bi Encum dari luar CD, sambil sesekali kulirik mukanya, khawatir dia terbangun.

Lama-lama aku makin penasaran, kucoba buka CDnya. Pelan-pelan kuturunkan CDnya dari bawah pantat sambil terus melihat muka Bi Encum. Uh, berat banget badannya. Kugeser CDnya sedikit demi sedikit lewat bawah pantatnya. Keringat dingin mengucur di badanku, padahal angin malam dari luar menerobos masuk dari atas lubang pintu. Tongkolku yang terbungkus CD dan celana pendek sudah tegang banget sejak tadi.

Berhasil! CD Bi Encum sudah lewat dari pantatnya yang besar. Tanggung, kuloloskan saja sekalian dari kakinya. Sekarang Bi Encum tidak memakai CD. Telentang. Bulu jembinya jarang, mekinya tembem dan rapat. Tongkolku jadi keras banget. Aku beringsut ke bawah kaki Bi Encum, lalu kurenggangkan kakinya. Wuaah! Ini pengalamanku yang kuingat terus sampai sekarang. Pertama kali aku bisa melihat meki cewe dengan bebas, ya saat itu. Hmm, indah sekali.

Lalu kurenggangkan lagi kaki Bi Encum lebar-lebar sampai badanku dapat duduk bebas di antara selangkangan kakinya. Bi Encum masih mendengkur. Aku mulai merunduk di atas meki Bi Encum. Kubuka mekinya yang tembem dan rapat itu dengan kedua tanganku, perlahan. Hmm, kuciumi mekinya. Wanginya aneh, tapi justru wangi ini yang nggak akan kulupakan, gimanaa gitu.

Aku ingat banget, lubang luar mekinya sempit, cuma segaris saja keliatannya dari luar.Pas kusibak, warna pinggir lubangnya merah tua dan dindingnya tebal, lembut, dan lubang dalamnya merah muda serta berkilat. Napasku mulai terengah-engah.

Kucoba-coba cari yang mana sih, yang disebut klitoris itu? Aku buka-buka perlahan mekinya, tapi sepertinya saat itu aku tetap nggak tau deh, yang mana atau seperti apa bentuknya klitoris (sekarang sih udah tau, hehe..). Aku semakin penasaran. Lubang meki Bi Encum semakin kuperlebar. Lama kuperhatikan. Kini terlihat dua belah bibir kecil dengan lubang kecil ditengahnya. Bibir kecil dan lubang kecil itu berwarna merah jambu dan agak basah. Tongkolku semakin keras. Jantungku berdetak keras.

Dengan tangan kiri, kutahan bibir meki Bi Encum, lalu kumasukkan jari telunjuk tangan kananku ke dalam lubang kecil itu. Aah, terasa lembut sekali daging merah jambu didalamnya. Lalu kuangkat jariku, kuciumi baunya. Ooh, begini toh, bau meki, pikirku cepat.

Lalu kumasukkan lagi jari tengahku ke dalamnya, kugosok-gosokkan perlahan jariku di dinding-dinding dalam meki Bi Encum. Uuh, terasa lembut sekali daging basah di dalamnya. Lama aku begitu sambil sesekali mengelus-elus bibir luarnya dan menjilat-jilatnya dengan lidahku. Semakin penasaran, kumasukkan dua jariku ke dalam lubang kecil meki Bi Encum. Ah, ternyata muat, lalu kugosok-gosokkan lagi bergantian dengan masuknya ujung lidahku ke dalam lubang kecil itu. Agak asin-asin gurih gitu, rasanya. Tongkolku semakin keras dan terasa menyakitkan dibungkus CD dan celana pendek.

Ah, kucoba masukkan tongkolku ke dalam mekinya Bi Encum, pikirku waktu itu. Cepat-cepat karena napsu, kupelorotkan saja celana pendek serta CDku. Kaos masih kupakai. Lalu kuambil posisi badanku di atas Bi Encum yang masih pakai daster cuma CDnya saja yang sudah lepas.

Dengan satu tangan, kudekatkan tongkolku ke mekinya Bi Encum. Kugosok-gosokan di bibir luar meki dan bulu jembinya. Seer, seer, asik deh. Terus, kucoba masukkan tongkolku ke dalam mekinya. Duh, susah banget. Lalu kubasahi tongkolku dengan ludah yang banyak. Kucoba lagi naik di atas Bi Encum seperti orang mau push-up. Pelan-pelan dengan satu tangan kumasukkan tongkolku. Bless! Masuk kepala tongkolku yang berkilat dan licin. Pelan-pelan kusodokkan lagi dibantu dengan tanganku. Bless! Makin dalam. Rasanya hangat gitu. Bi Encum masih pulas, malah keluar liur dari bibirnya.

Perlahan dengan napas memburu, kumaju-mundurkan tongkolku. Ugh! Rasanya hangat dan agak geli-geli gitu. Ada kali sekitar sepuluh menit aku maju-mundurkan tongkolku. Keringat dingin makin deras menetes dari badanku. Jantungku makin berdegup kencang. Daging lembut yang hangat dan licin karena basah ludahku terasa membelai-belai tongkolku. Sampai tiba-tiba terasa terasa pejuku mau keluar. Aku coba tahan tapi tak kuasa. Buru-buru kucabut tongkolku. Aku kocok sedikit, dan peju pun muncrat di permadani. Crut! Crut!

Setelah itu yang aku ingat saat itu adalah rasa bersalah yang timbul. Dengan napas yang masih terengah-engah karena dadaku berguncang keras, buru-buru kubersihkan peju yang berceceran di permadani. Secepat kilat kupakaikan CDnya Bi Encum lagi sambil kurapihkan dasternya. Lalu aku berlari ke kamar mandi yang ada di samping kamarku. Setelah itu aku masuk kamarku dan kubiarkan TV menyala dengan Bi Encum yang masih tertidur pulas di depannya. Aku tertidur pulas sampai pagi.

Baca Juga : Atasanku Bikin Aku Ketagihan

Paginya Bi Encum sudah masak sarapan pagi buatku. Seperti nggak ada apa-apa dan biasa aja. Kejadian itu cuma sekali sampai Bi Encum pulang kampung – saat aku SMA – untuk dikawinkan dengan orang sekampungnya. Lebih dari itu, aku nggak berani karena takut Bi Encum bilang ke orangtuaku.

Tamat
Share:

Cerita Dewasa Perselingkuhan Yang Berujung Ngentot Dokter Dengan Suster

Simak Saja Cerita Sex Kami. Cerita Bokep , Cerita ,Porno , Cerita Dewasa , Cerita Sex , Cerita Ngentot , Cerita Tante , Cerita Sedarah , Cerita Tukar Pasangan , Cerita Perselingkuhan , Cerita Pemerkosaan , Cerita ABG , Cerita Perawan , Foto Bugil , Foto Memek , Foto Ngentot 



Cerita Dewasa Perselingkuhan Yang Berujung Ngentot Dokter Dengan Suster | Malam itu, jam sebelas lebih, cuaca sangat tidak bersahabat. Sejak jam sebelasan tadi hujan sudah turun dengan derasnya disertai guruh dan petir. Di tempat yang sepi depan pintu kamar periksa itulah dokter Maman, dokter jaga di rumah sakit itu menghabiskan waktunya dengan membaca buku. Maman (37 tahun), dalam usia sekian itu masih tampak ganteng dan gagah dengan tinggi badan 175 cm.

Cerita Dewasa Perselingkuhan Yang Berujung Ngentot Dokter Dengan Suster | Sudah hampir sepuluh tahun dia bekerja sebagai dokter di rumah sakit ini, istrinya masih muda (29 tahun) dengan 2 anak. Kesepian dan suasana sepi sudah menjadi temannya sehari-hari apabila dia dapat tugas jadi dokter jaga, maka mendengar suara-suara aneh dan cerita-cerita seram lainnya sudah tidak membuatnya merinding lagi, istilahnya sudah kebal dengan hal-hal seperti itu. Sungguh, malam itu menjadi malam panjang baginya, suasana hujan dengan angin yang dingin mudah membuai orang hingga ngantuk.

Pak dokter Maman masih terus juga membaca buku yang sengaja dia bawa dari rumah. Hening sekali suasana di sana, bunyi yang terdengar hanya bunyi rintik hujan, angin. Tak lama kemudian terdengar bunyi lain di lorong itu, sebuah suara orang melangkah, suara itu makin mendekat sehingga mengundang perhatian dokter itu.
“Siapa tuh ya, malem-malem ke sini ?” tanya dokter maman dalam hati.

Suara langkah makin terdengar, dari tikungan lorong muncul lah sosok itu, ternyata seorang gadis cantik berpakaian perawat dan berjilbab lebar. Di luar seragamnya dia memakai jaket cardigan pink berbahan wol untuk menahan udara dingin malam itu. Suster itu ternyata berjalan ke arahnya.

“Permisi, Pak” sapanya pada Maman dengan tersenyum manis.

“Malam Sus, lagi ngapain nih malem-malem ke sini” balas Maman.

“Ohh…hehe…anu Pak abis jaga malam sih, tapi belum bisa tidur, makannya sekalian mau keliling-keliling dulu”

Dokter Maman bingung sebab tidak tahu kalau suster itu juga jaga. Maka Maman bertanya, “Oh iya kok saya rasanya baru pernah liat Sus disini yah ?” tanya Maman.

“Iya Pak, saya baru pagi tadi sampai disini, pindahan dari rumah sakit *****” jawabnya, “jadi sekalian mau ngenal keadaan disini juga”

“Oo…pantes saya baru liat, baru toh” kata Pak dokter Maman.

“Emang bapak kira siapa ?” tanyanya lagi sambil menjatuhkan pantatnya pada bangku panjang dan duduk di sebelah Maman.

“Wow, hoki gua” kata pria itu dalam hati kegirangan.

“Dikirain suster ngesot yah, hahaha” timpal dokter Maman mencairkan suasana. “Hehehe dikira suster ngesot, nggak taunya suster cantik” sambung Maman lagi tertawa untuk menghangatkan suasana.

“Kalau ternyata memang iya gimana Pak” kata gadis itu dengan suara pelan dan kepala tertunduk yang kembali membuat pria itu merasa aneh.

Tiba-tiba gadis itu menutup mulutnya dengan telapak tangan dan tertawa cekikikan.
“Hihihi…bapak dokter ini lucu ah, sering jaga malam kok digituin aja takut” tawanya.

“Wah-wah suster ini kayanya kebanyakan nonton film horror yah, daritadi udah dua kali bikin kita nahan napas aja” kata Pak Maman.

“Iya nih, suster baru kok nakal ya, awas Bapak laporin loh” kata Maman menyenggol tubuh samping gadis itu. Sebentar kemudian suster itu baru menghentikan tawanya, dia masih memegang perutnya yang kegelian.

“Hihi…iya-iya maaf deh pak, emang saya suka cerita horror sih jadi kebawa-bawa deh” katanya.

“Sus kalau di tempat gini mending jangan omong macem-macem deh, soalnya yang gitu tuh emang ada loh” sahut dakter Maman dengan wajah serius.

“Iya Pak, sori deh” katanya “eh iya nama saya Heni Puspita, panggil aja Heni, suster baru disini, maaf baru ngenalin diri…emmm Bapak dokter siapa yah?” sambil melihat ke dokter itu.

“Kalau saya Suherman, tapi biasa dipanggil Maman aja, saya yang jadi dokter jaga di sini malam” pria setengah baya itu memperkenalkan diri.

“Omong-omong Sus ini sudah lama di RS ini?” tanya si dokter.

“Ya belum sih” kata Suter Heni.

“Pantas baru saya lihat, saya sudah lihat namanya dalam jadwal tapi baru inilah saya lihat orangnya. Cantik!” kata Maman sambil memandang wajah cantik yang sedang mengobrol dengannya itu.

Malam itu dokter Maman merasa beruntung sekali mendapat teman ngobrol seperti suster Heni, biasanya suster-suster lain paling hanya tersenyum padanya atau sekedar memberi salam basa-basi. Maklumlah mereka semua tahu kalau dokter Maman sudah beristri dan punya dua anak.

Mereka pun terlibat obrolan ringan, pria itu tidak lagi mempedulikan buku bacaannya dan mengalihkan perhatiannya pada suster Hena yang ayu itu. Sejak awal tadi dokter Maman sudah terpesona dengan gadis ini. Pria normal mana yang tidak tertarik dengan gadis berkulit putih mulus berwajah kalem seperti itu, rambut hitamnya disanggul ke belakang tampak terbayang walau tertutup dengan jilbab panjangnya yang putihnya, tubuhnya yang padat dan montok itu lumayan tinggi (168 cm), pakaian perawat dengan bawahan rok panjang itu menambah pesonanya.

Suster Heni sendiri baru berusia 24 tahun dan belum menikah. Untuk gadis secantik Heni sebenarnya tidak begitu susah mendapat pasangan ditambah lagi dengan bodinya yang montok dan padat, tentu banyak lelaki yang mau dengannya. Tapi sejauh ini belum ada pria yang cocok di hati Suster Heni. Sebagai wanita alim berjilbab dia sangat menjaga pergaulannya dengan lawan jenis. Namun malam ini dia gelisah juga melihat dokter Maman yang tampan dan gagah itu. Sayang dia sudah beristri, keluh Suster Heni dalam hati. Namun hati kecilnya tidak dapat dibohongi bahwa dia suka pada dokter Maman itu.

Maman, si dokter, makin mendekatkan duduknya dengan gadis itu sambil sesekali mencuri pandang ke arah belahan dadanya membayang di balik baju panjang dan jilbab panjangnya. Suasana malam yang dingin membuat nafsu pria itu mulai bangkit, apalagi Pak Maman sudah seminggu tidak ngentot istrinya karena lagi datang bulan dan walaupun istri Maman lebih cantik dari Suster Heni, tapi dalam hal bodinya tentu saja kualitasnya kalah dengan suster muda di sebelahnya ini. Semakin lama dokter Maman semakin berani menggoda suster muda yang alim itu dengan guyonan-guyonan nakal dan obrolan yang menjurus ke porno. Suster Heni sendiri sepertinya hanya tersipu-sipu dengan obrolan mereka yang lumayan jorok itu.

“Terus terang deh Sus, sejak Sus datang kok disini jadinya lebih hanget ya” kata Maman sambil meletakkan tangannya di lutut Heni dan mengelusnya ke atas sambil menarik rok panjang suter berjilbab itu sehingga pahanya mulai sedikit tersingkap.

“Eh…jangan gitu dong Pak, mau saya gaplok yah ?!” Heni protes tapi kedua tangannya yang dilipat tetap di meja tanpa berusaha menepis tangan pria itu yang mulai kurang ajar.

“Ah, Sus masa pegang gini aja gak boleh, lagian disini kan sepi gini, dingin lagi” katanya makin berani, tangannya makin naik dan paha yang mulus itupun semakin terlihat.

“Pak saya marah nih, lepasin gak, bapak kan sudah punya istri, saya itung sampai tiga” wajah Heni kelihatannya BT, matanya menatap tajam si dokter yang tersenyum mesum.

“Jangan marah dong Sus, mendingan kita seneng-seneng, ya?” sahut Dokter Maman, entah sejak kapan tiba-tiba saja pria tidak tau malu itu sudah di sebelahnya .
Dokter jaga itu dengan berani merangkul bahu Heni dan tangan satunya menyingkap rok suster muda itu di sisi yang lain. Suster itu tidak bergeming, tidak ada tanda-tanda penolakan walau wajahnya masih terlihat marah.

“Satu…” suster itu mulai menghitung namun orang itu malah makin kurang ajar, dan tangannya makin nakal menggerayangi paha yang indah itu, “dua…!” suaranya makin serius.

Entah mengapa suster itu tidak langsung beranjak pergi atau berteriak saja ketika dilecehkan seperti itu. Si pria yang sudah kerasukan nafsu itu menganggapnya sandiwara untuk meninggikan harga diri sehingga dia malah semakin nafsu.

“Tig…” sebelum suster Heni menyelesaikan hitungannya dan bergerak, si dokteritu sudah lebih dulu mendekapnya dan melumat bibirnya yang tipis.

“Mmm…mmhh !” suster itu berontak dan mendorong-dorong Maman berusaha lepas dari dekapannya namun tenaganya tentu kalah darinya, belum lagi dokter Maman juga mendekapnya serta menaikkan rokknya lebih tinggi lagi. Heni merasa hembusan angin malam menerpa paha mulusnya yang telah tersingkap, juga tangan kasar dokter itu mengelusinya yang mau tak mau membuatnya terangsang.

“Aahh…jangan…mmhh !” Heni berhasil melepaskan diri dari cumbuan si dokter tapi cuma sebentar, karena ruang geraknya terbatas bibir mungil itu kembali menjadi santapan Maman.

Lalu tangan Pak Maman mulai meremas-remas dadanya yang masih tertutup seragam suster dan jilbab lebarnya – Maman dapat merasakan kalau tetek suster alai mini masih kencang dan padat pertanda belum pernah dijamah lelaki lain – sementara tangan satunya tetap mengelus paha indahnya yang menggiurkan. Heni terus meronta, tapi sia-sia malah pakaian bawahnya semakin tersingkap dan jilbab lebar perawat itu nyaris copot. Pak Maman melepaskan jaket cardigan pinknya suster Heni sehingga tinggal baju seragam perawatnya yang terlihat. Lama-lama perlawanan suster Heni melemah, sentuhan-sentuhan pada daerah sensitifnya telah meruntuhkan pertahanannya.

Birahinya bangkit dengan cepat apalagi suasananya sangat mendukung dengan hujan yang masih mengguyur dan dinginnya malam. Ditambah lagi hati kecil suka dengan dokter Maman. Bulu kuduk Heni merinding merasakan sesuatu yang basah dan hangat di lehernya. Ternyata dokter Maman itu sedang menjilati lehernya yang jenjang dengan menyingkapkan jilbab panjang suster alim itu, lidah itu bergerak menyapu daerah itu sehingga menyebabkan tubuh Heni menggeliat menahan nikmat. Mulut Heni yang tadinya tertutup rapat-rapat menolak lidah Maman kini mulai membuka.

Lidah kasap si doketr itu langsung menyeruak masuk ke mulut suster berjilbab itu dan meraih lidahnya mengajaknya beradu lidah. Heni pun menanggapinya, lidahnya mulai saling jilat dengan lidah pria itu, liur mereka saling tertukar. Sementara Pak Maman mulai melucuti kancing bajunya dari atas dan sekaligus mencopot jilbab panjang suster Heni, tangan perkasa dokter itu menyusup ke dalam cup branya, begitu menemukan putingnya benar-benar masih kencang dan padat, belum terjamah lelaki lain lalu langsung dimain-mainkannya benda itu dengan gemasnya.

Di tengah ketidak-berdayaannya melawan dokter brengsek itu, Heni semakin pasrah membiarkan tubuhnya dijarah. Tangan doketr Maman menjelajah semakin dalam, dibelainya paha dalam gadis itu hingga menyentuh selangkangannya yang masih tertutup celana dalam. Sementara baju atasan Heni juga semakin melorot sehingga terlihatlah bra biru di baliknya.

“Kita ke dalam aja biar lebih enak” kata Pak Maman.

“Kamu emang kurang ajar yah, kita bisa dapet masalah kalau gak lepasin saya !” Heni masih memperingatkan dokter itu.

“Udahlah Sus, kurang ajar- kurang ajar, kan lu juga suka ayo !” Maman narik lengan suster itu bangkit dari kursi. “Sus, seneng-seneng dikit napa? Dingin-dingin gini emang enaknya ditemenin cewek cantik kaya Sus” lanjut Pak Maman.

Dokter Maman menggelandang suster alim itu ke ruang periksa pasien tempat mereka berjaga. Heni disuruh naik ke sebuah ranjang periksa yang biasa dipakai untuk memeriksa pasien. Selanjutnya pria itu langsung menggerayangi tubuh Virna yang terduduk di ranjang. Maman menarik lepas celana dalam gadis alim itu hingga terlepas, celana itu juga berwarna biru, satu stel dengan branya.

Kemudian ia berlutut di lantai, ditatapnya kemaluan suster alim itu yang ditumbuhi bulu-bulu yang lebat, bulu itu agaknya rajin dirawat karena bagian tepiannya terlihat rapi sehingga tidak lebat kemana-mana. Hena dapat merasakan panasnya nafas pria itu di daerah sensitifnya. Pak Maman mempreteli kancing baju atasnya yang tersisa, lalu bra itu disingkapnya ke atas. Kini terlihatlah payudara suster Heni yang berukuran sedang sebesar bakpao dengan putingnya berwarna coklat.

“Uuuhh…Pak!” desah Henia ketika lidah Pak Maman menelusuri gundukan buah dadanya. Lidah itu bergerak liar menjilati seluruh payudara yang kencang dan padat itu tanpa ada yang terlewat, setelah basah semua, dikenyotnya daging kenyal itu, puting mungil itu digigitinya dengan gemas.

“Aahh !” tubuh Heni tiba-tiba tersentak dan mendesah lebih panjang ketika dirasakannya lidah panas Maman mulai menyapu bibir vaginanya lalu menyusup masuk ke dalam. Maklum Maman sudah pengalaman merangsang wanita. Heni sebagai gadis alim sebenarnya jijik melakukan hal ini dengan dokter Maman ini, tapi rupanya libidonya membuatnya melupakan perasaan itu sejenak.

Mulut Pak Maman kini merambat ke atas menciumi bibirnya, sambil tangannya tetap menggerayangi payudaranya. Kemudian dokter itu kembali menghisap memek suster ini, si dokter makin membenamkan wajahnya di selangkangan Heni, lidahnya masuk makin dalam mengais-ngais liang kenikmatan suster muda itu menyebabkan Heni menggelinjang dan mengapitkan kedua paha mulusnya ke kepalanya Maman.

“Nah, sekarang tinggal kita mulai Sus” kata Pak Maman membuka pakaiannya “pokoknya malam ini Bapak bakal muasin Sus hehehe!”

Heni tertegun melihat pria gagah itu sudah telanjang bulat di hadapannya, tubuhnya terbilang kekar, penisnya yang sudah menegang itu lumayan besar juga dengan bulu-bulu yang tidak terlalu lebat. Dia naik ke ranjang ke atas tubuh gadis alim itu, wajah mereka saling bertatapan dalam jarak dekat. Kali tanpa penghalang sebab jilbab panjang suster alim itu sudah dicopot dokter Maman. Pak Maman begitu mengagumi wajah cantik Heni, dengan bibir tipis yang merah merekah, hidung bangir, dan sepasang mata indah yang nampak sayu karena sedang menahan nafsu.

“Pak, apa ga pamali main di tempat ginian ?” tanya Heni.

“Ahh…iya sih tapi masabodo lah, yang penting kita seneng-seneng dulu hehehe” habis berkata dia langsung melumat bibir gadis itu. Mereka berciuman dengan penuh gairah, Heni yang sudah tersangsang berat itu melingkarkan tangannya memeluk tubuh Pak dokter Maman. Ia masih memakai seragam susternya yang sudah terbuka dan tersingkap di mana-mana, bagian roknya saja sudah terangkat hingga pinggang sehingga kedua belah pahanya yang jenjang dan mulus sudah tidak tertutup apapun.

Pak Maman sudah seminggu lamanya tidak menikmati kehangatan tubuh wanita sebab istrinya lagi datang bulan sehingga dia begitu bernafsu berciuman dan menggerayangi tubuh Heni. Mendapat kesempatan bercinta dengan gadis seperti Heni bagaikan mendapat durian runtuh, belum pernah dia merasakan yang sesintal dan montok ini, bahkan istrinya pun tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengannya meskipun lebih cantik dari pada Suster Heni.

Setelah lima menitan berciuman sambil bergesekan tubuh dan meraba-raba, mereka melepas bibir mereka dengan nafas memburu. Pak Maman mendaratkan ciumannya kali ini ke lehernya. Kemudian mulutnya merambat turun ke payudaranya, sebelumnya dibukanya terlebih dulu pengait bra yang terletak di depan agar lebih leluasa menikmati dadanya.

“Eemmhh…aahhh…aahh !” desahnya menikmati hisapan-hisapan dokter jaga itu pada payudaranya, tangannya memeluk kepala yang rambutnya lebat dan hitam itu.
Heni merasakan kedua putingnya semakin mengeras akibat rangsangan yang terus datang sejak tadi tanpa henti. Sambil menyusu, pria itu juga mengobok-obok vaginanya, jari-jarinya masuk mengorek-ngorek liang senggamanya membuat daerah itu semakin basah oleh lendir.

“Bapak masukin sekarang yah, udah ga tahan nih !” katanya di dekat telinga Heni.
Suster Heni hanya mengangguk. Pak Maman langsung menempelkan penisnya ke mulut vagina gadis alim itu. Terdengar desahan sensual dari mulut gadis itu ketika Pak Maman menekan penisnya ke dalam.

“Uuhh…sempit banget Sus, masih perawan ga sih ?” erang pria itu sambil terus mendorong-dorongkan penisnya.

Heni mengerang kesakitan dan mencengkram kuat lengan pria itu setiap kali penis itu terdorong masuk ke dalam memeknya yang masih rapet itu. Setelah beberapa kali tarik dorong akhirnya penis itu tertancap seluruhnya dalam vagina suster alim itu. Darah mengalir dari memek suter alim itu.

“Weleh-weleh, enaknya, legit banget Sus kalau masih perawan” komentar pria itu, “Belum pernah ngentot ya Sus sebelumnya, kalo boleh tau ?”

Sebagai jawabannya Heni menarik wajah pria itu mendekat dan mencium bibirnya, agaknya dia tidak berniat menjawab pertanyaan itu.

Pak Maman mulai menggoyangkan pinggulnya memompa vagina gadis itu. Desahan tertahan terdengar dari mulut Heni yang sedang berciuman. Pria itu memulai genjotan-genjotannya yang makin lama makin bertenaga. Lumayan juga sudah seusia hampir kepala empat tapi penisnya masih sekeras ini dan sanggup membuat gadis alim itu menggelinjang. Dia mahir juga mengatur frekuensinya agar tidak terlalu cepat kehabisan tenaga.

Sambil menggenjot mulutnya juga bekerja, kadang menciumi bibir gadis itu, kadang menggelitik telinganya dengan lidah, kadang mencupangi lehernya. Suster Heni pun semakin terbuai dan menikmati persetubuhan beda jenis ini. Dia tidak menyangka pria seperti dokter itu sanggup membawanya melayang tinggi. Pria itu semakin kencang menyodokkan penisnya dan mulutnya semakin menceracau, nampaknya dia akan segera orgasme.

“Malam masih panjang Pak, jangan buru-buru, biar saya yang gerak sekarang !” kata gadis perawat itu tanpa malu-malu lagi.

Pak Maman tersenyum mendengar permintaan suster itu. Merekapun bertukar posisi, Pak Maman tiduran telentang dan Heni menaiki penisnya. Batang itu digenggam dan diarahkan ke vaginanya, Heni lalu menurunkan tubuhnya dan desahan terdengar dari mulutnya bersamaan dengan penis yang terbenam dalam vaginanya. Mata Pak Maman membeliak saat penisnya terjepit diantara dinding kemaluan Heni yang sempit. Ia mulai menggerakkan tubuhnya naik turun dengan kedua tangannya saling genggam dengan pria itu untuk menjaga keseimbangan.

“Sssshhh…oohh…yah…aahh !” Heni mengerang sambil menaik-turunkan tubuhnya dengan penuh gairah.

Tangannya meraih ujung roknya lalu ditariknya ke atas seragam yang berupa terusan itu hingga terlepas dari tubuhnya. Seragam itu dijatuhkannya di lantai sebelah ranjang itu, tidak lupa dilepaskannya pula bra yang masih menyangkut di tubuhnya sehingga kini tubuhnya yang sudah telanjang bulat terekspos dengan jelas. Sungguh suster Heni memiliki tubuh yang sempurna, buah dadanya montok dan proporsional, perutnya rata dan kencang, pahanya juga indah dan mulus, sebuah puisi kuno melukiskannya sebagai kecantikan yang merobohkan kota dan meruntuhkan negara.

Kembali Heni dan dokter jaga itu memacu tubuhnya dalam posisi woman on top. Heni demikian liar menaik-turunkan tubuhnya di atas penis Pak dokter Maman, dia merasakan kenikmatan saat penis itu menggesek dinding vagina dan klitorisnya.

“Ayo manis, goyang terus…ahh…enak banget !” kata Pak Maman sambil meremasi payudara gadis itu.

Wajah Heni yang bersemu merah karena terangsang berat itu sangat menggairahkan di mata Pak Maman sehingga dia menarik kepalanya ke bawah agar dapat mencium bibirnya.

Akhirnya Heni tidak tahan lagi, ia telah mencapai orgasmenya, mulutnya mengeluarkan desahan panjang. Pak Maman yang juga sudah dekat puncak mempercepat hentakan pinggulnya ke atas dan meremasi payudara itu lebih kencang. Ia merasakan cairan hangat meredam penisnya dan otot-otot vagina suster alim itu meremas-remasnya sehingga tanpa dapat ditahan lagi spermanya tertumpah di dalam dan membanjir, maklum sudah seminnggu gak dikeluarkan. Setelah klimaksnya selesai tubuh Heni melemas dan tergolek di atas tubuh dokter itu. Virna yang baru berusia 24 tahun itu begitu kontras dengan pria di bawahnya yang lebih pantas menjadi bapaknya, yang satu begitu ranum dan segar sementara yang lain sudah agak tua.

“Asyik banget Sus, udah selama seminggu saya gak ginian loh !” ujar Pak Maman dengan tersenyum puas.

“Gile nih malem, ga nyangka bisa dapet yang ginian” dia seperti masih belum percaya hal yang dialaminya itu.

Ketika sedang asyik memandangi Heni, tiba-tiba Pak Maman nafsunya bangkit lagi dan minta jatah sekali lagi. Tangan Maman terus saja menggerayangi tubuh Heni, kadang diremasnya payudara atau pantatnya dengan keras sehingga memberi sensasi perih bercampur nikmat bagi gadis itu. Sedangkan Pak Maman sering menekan-nekan kepala gadis itu sehingga membuat Heni terkadang gelagapan.
“Gila nih doketer, barbar banget sih” kata Heni dalam hati.

Walau kewalahan diperlakukan seperti ini, namun tanpa dapat disangkal Heni juga merasakan nikmat yang tak terkira. Tak lama kemudian Maman menyiorongkan penisnya lalu berpindah ke mulut Heni. Heni kini bersimpuh di depan pria yang senjatanya mengarah padanya menuntut untuk diservis olehnya. Heni menggunakan tangan dan mulutnya bergantian melayani penis itu hingga akhirnya penis Maman meledak lebih dulu ketika ia menghisapnya.

Sperma si doketr langsung memenuhi mulut gadis itu, sebagian masuk ke kerongkongannya sebagian meleleh di bibir indah itu karena banyaknya. Pria itu melenguh dan berkelejotan menikmati penisnya dihisap gadis itu. Tak lama kemudian Pak Maman pun menyemburkan isi penisnya dalam kocokan Heni, cairan itu mengenai wajah samping dan sebagian rambutnya. Tubuh Heni pun tak ayal lagi penuh dengan keringat dan sperma yang berceceran.

“Sus hebat banget, sepongannya dahsyat, saya jadi kesengsem loh” puji Maman ketika beristirahat memulihkan tenaga.

“Sering-sering main sini yah Sus, saya kalau malem kan sering kesepian hehehe” goda Pak Maman.

Heni tersenyum dengan hanya melihat pantulan di cermin, katanya, “Kenapa nggak, saya puas banget malem ini, mulai sekarang saya pasti sering mendatangi dokter”

Jam telah menunjukkan pukul setengah dua kurang, berarti mereka telah bermain cinta selama hampir satu setengah jam. Heni pun berpamitan setelah memakai jaket pinknya dan memakai kembali jilbab putih panjangnya. Sebelum berpisah ia menghadiahkan sebuah ciuman di mulut. Manam membalas ciuman itu dengan bernafsu, dipeluknya tubuh padat dan montok itu sambil meremas pantatnya selama dua menitan.

“Nakal yah, ok saya masuk dulu yah !” katanya sebelum membalik badan dan berlalu.
Lelah sekali Maman setelah menguras tenaga dengan perawat alim yang cantik itu sehingga selama sisa waktu itu agak terkantuk-kantuk. Setelah pagi mereka pun pulang dan tertidur di tempat masing-masing dengan perasaan puas.

Setiap kali kalau ada jadwal piket bersama, mereka selalu ngentot. Dokter Maman bermaksud menjadikan Suster Heni yang alim berjilbab sebagai istri keduanya, oleh sebab itu dokter Maman tidak memakai alat kontrasepsi apa pun jika ngentot dengan Suster Heni. Maman ingin wanita alim itu hamil, hingga terpaksa mau menikah dengannya sebagai istri keduanya. Hebat Dokter Maman!
Share:

Cerita Dewasa Sedarah Bercinta dengan Ayah Tiriku

Simak Saja Cerita Sex Kami. Cerita Bokep , Cerita ,Porno , Cerita Dewasa , Cerita Sex , Cerita Ngentot , Cerita Tante , Cerita Sedarah , Cerita Tukar Pasangan , Cerita Perselingkuhan , Cerita Pemerkosaan , Cerita ABG , Cerita Perawan , Foto Bugil , Foto Memek , Foto Ngentot 


Cerita Dewasa Sedarah Bercinta dengan Ayah Tiriku  Pada awalnya aku tidak ingin ibuku menikah lagi dengan Pak Jarot, seorang pengusaha otomotif yang cukup sukses di kotaku. Bukan hanya karena aku masih belum bisa melupakan kepergian ayah kandungku, namun juga karena beliau sudah memiliki dua isteri. Tapi apa boleh buat, terpaksa aku harus menerimanya sebagai ayah tiriku agar dia bisa membiayai kuliahku.

Seperti pepatah jawa bilang, ‘witing tresno jalaran soko kulino’ lambat laun aku bisa merasakan kehadiran Pak Jarot mampu memberikan nuansa tersendiri dalam keluarga kecil kami. Meskipun aku hanya anak tiri, tapi beliau sangat menyayangiku. Jadi tidak adil rasanya kalau aku tidak membalas kebaikan beliau kepadaku. Anehnya, rasa sayangku kepada beliau justru melebihi rasa sayangku kepada ayah kandungku sendiri. Entah kenapa aku menjadi terobsesi terhadap beliau. Pak Jarot seolah menjadi sosok idola bagiku. Bahkan tak jarang aku berhayal seandainya saja beliau adalah kekasihku, bisa mencumbu dan bercinta dengannya. Pikiran kotor itu selalu hinggap manakala aku berhadapan dengannya.

“Ibu nginep di rumah Pak De, ya Pak?” tanyaku pada suatu malam. Kebetulan Pak jarot baru saja pulang mengantarkan ibu ke rumah Pak De yang lagi punya gawe.

“Iya, mungkin lusa baru pulang. Soalnya acaranya ditunda besok malam.” jawab beliau. “Kamu…..,” Pak Jarot tidak melanjutkan kata-katanya. beliau hanya memandangku dengan heran.

“Kenapa Pak?” Kok bapak ngeliatin Sulis kayak gitu sih? Kayak belum pernah ketemu Sulis aja!” tanyaku penasaran.

“Kamu cantik…!” kata Pak Jarot agak bergumam.

“Saya kenapa Pak?” tanyaku lagi pura-pura tidak dengar.

“Eh…, anu…, nggak kok!” jawab beliau gugup. “Bapak cuma kagum aja ngeliat kamu. Pasti ibumu juga secantik kamu waktu masih muda dulu.”

“Alah…., bohong! Pasti Bapak lagi mikir jorok ya tentang Sulis…?” kataku menggoda. Aku duduk di samping Pak Jarot sambil melingkarkan tanganku ke pinggangnya.

“Ah…, ya nggak lah!” kata Pak Jarot grogi. Dari pandangan matanya tadi aku tahu kalau beliau sempat berpikir jorok mengenai diriku. Terlebih tubuhku hanya terbalut sehelai handuk saja, karena aku baru selesai mandi. Dan tiba-tiba saja terlintas di benakku untuk mewujudkan hasratku untuk merayu ayah tiriku itu.

Dengan manja kau merapatkan tubuhku ke tubuh Pak Jarot dan menyandarkan kepalaku ke bahunya yang kokoh. “Jujur saja, Pak! Sebenarnya dari dulu saya penasaran banget ama bapak. Kenapa sih, Bapak kok dikagumi banyak wanita? Bahkan mereka rela dijadikan isteri yang kesekian oleh Bapak….” kataku sambil memainkan jemariku di atas perut Pak Jarot. Sesekali jemariku menyelinap masuk ke balik kaos oblongnya yang sedikit aku singkap demi merasakan kehangatan perutnya yang keras berotot.

“Haah…,entahlah Lis!” pak Jarot mendesah panjang. “Bapak sendiri juga gak ngerti, kenapa mereka bisa terpikat sama bapak.” Pak Jarot melingkarkan tangannya kepundakku dan mengelus lenganku yang terbuka.

“Mungkin…, apakah mereka…, kagum…, dengan…..” kata-kataku kacau. Sulit sekali untuk mengucapkan kata yang terakhir. Namun aku sudah kepalang tanggung, “…..ini!” akhirnya aku mengucapkan kata terakhir sambil memindahkan tanganku ke pangkal paha Pak Jarot. Dan dengan lembut aku meremas daging kenyal yang ada di antara selangkangan Pak Jarot yang masih terbungkus sarung kusutnya.

Pak Jarot mengerang lirih sambil memejamkan matanya menikmati remasan tanganku di penisnya yang masih lemas.

“Aaahhh…, kamu nakal, Lis!”

“Aku tersenyum dan memandang wajah flamboyan Pak Jarot dengan tatapan sayu, seolah sedang memohon sesuatu dari ayahnya.

“Pak…! Bolehkah saya…..”

“Tentu saja sayang! Bapak akan memberikan apa saja yang kamu inginkan!” Pak Jarot tersenyum. Beliau balik memandangku dengan kasih sayang. Perlahan aku memberanikan diri untuk mengecup bibir ayah tiriku itu. Kumisnya yang cukup tebal memberikan rangsangan tersendiri. Apalagi beliau membalas lumatanku dengan sedotan yang nikmat.

Pak Jarot mengankat kedua tangannya ketika aku mulai menarik kaos oblongnya ke atas. Aku sempat terkesima melihat tubuh Pak Jarot. Jarang-jarang ada pria seusia beliau yang masih memiliki tubuh yang atletis. Bahkan tubuh mantan pacarku dulu tidaklah sebagus Pak Jarot. Bahunya yang lebar, dadanya yang bidang dan perutnya yang rata berotot. Ditambah lagi bulu-bulu halus yang berbaris rapi mulai dari dada sampai ke perutnya dan menghilang di balik gulungan simpul sarung Pak Jarot.

Dengan lembut aku mulai membelai bulu-bulu halus di dada Pak Jarot, diikuti dengan lumatan-lumatan mesra di puting susunya.

“Ooouuhhh…!” Pak Jarot melenguh nikmat. Tangannya yang kokoh membelai mesra rambutku yang masih agak basah, sementara tangan satunya menarik lepas handuk yang melilit tubuhku. Seketika itu juga terbukalah tubuh putih mulusku di hadapan ayah tiriku itu.

Sementara itu perlahan lumatanku menuruni dada bidang Pak Jarot, melewati perutnya yang berotot dan berhenti di bawah pusarnya. Sesaat aku menelan ludah, dan dengan perlahan tangan kiriku menyelinap masuk ke dalam sarungnya, mencari sesuatu yang sangat aku impikan selama ini.

“Aaahhhggg…., Lis!” kembali ayah tiriku itu melenguh ketika jemariku menyentuh kejantanannya.

Dari dalam sarungnya aku bisa merasakan penis Pak Jarot yang mulai mengembang dan bergerak-gerak. Aku sudah tak sabar lagi untuk menyaksikan senjata andalan ayah tiriku itu. Sedikit demi sedikit aku menyingkap dan menurunkan gulungan sarung Pak Jarot. Beliau juga membantuku dengan mengangkat pantatnya agar sarung kusutnya itu bisa lolos dan jatuh ke bawah sofa.

“Astaga, Pak!” aku terpekik ngeri melihat benda yang ada di genggamanku.

“Kenapa, Lis?”

“Inikah yang membuat semua wanita tergila-gila pada Bapak?” tanyaku takjub.

“Mungkin juga. Lis….Oouuhh…!”

“Pantesan aja. Wanita mana yang tidak tergila-gila melihat kontol sebesar ini!” kataku sambil mengelus dan mengurut kontol Pak Jarot.

“Tapi kamu juga suka kan, Lis?”

Aku hanya tersenyum mendengar pertanyaan Pak Jarot. Dan perlahan-lahan aku mendekatkan wajahku ke arah kejantanannya. Dengan penuh kasih sayang, aku menggesek-gesekkan batang kontol Pak Jarot ke pipiku. sesekali aku menjilat dan mengecup permukaan kulitnya yang berurat.

“Ooouuhh…, Lis! Terus….Oouuhhh….!” Pak Jarot mulai bereaksi. Tangannya mulai melancarkan aksinya, memelusuri lekuk-lekuk tubuhku. Membelai punggungku dan meremas pantatku yang membuatku bersemangat. Aku bahkan mengangkat pantatku lebih tinggi ketika jemari Pak Jarot menyelinap di belahan pantatku. Dengan kedua lutut bertumpu di sofa beludru itu, ak
u menjadi lebih leluasa untuk memainkan batang kontol Pak Jarot. Beliau juga lebih mudah untuk menusukkan telunjuknya ke memekku yang sudah basah.

“Ooouucchhh…., Pak!” rintihku.

“Ayo, Lis! Hisap kontol Bapak…!”

Aku menuruti perintah Pak Jarot. Dengan lembut aku melumat ujung kontol Pak Jarot.

“Oh yahhh.., terus Lis! Masukkan lebih dalam lagi….!”

Dengan susah payah aku berusaha membuka mulutku lebar-lebar agar kontol Pak Jarot bisa masuk ke dalamnya. Kemudian perlahan-lahan aku menggerakkan kepalaku maju mundur seiring dengan gerakan tanganku yang mengocok batang kontolnya.

“Oohh, yeah….nikmat banget, Lis! Ooohh….!”

Aku tidak menghiraukan rintihan Pak Jarot. Aku malah keasyikan mengulum dan melumat kejantanannya yang besar itu. Seperti anak kecil yang tangah menikmati ice cream coklat atau melumat lolipop. Sesekali aku menyedot ujung kejantan ayah tiriku yang sudah berdiri kokoh itu. Aku perkirakan sekarang ukurannya mencapai 20 cm dengan diameter 5 cm. Cukup besar untuk ukuran kontol pria Indonesia.

Cukup lama aku memainkan batang kontol Pak Jarot di dalam mulutku. Sampai akhirnya aku melepaskan kulumanku untuk mengambil nafas.

“Waaahhh…, kontol bapak memang luar biasa besar!” pujiku.

“Sedotanmu juga nikmat, Lis! Bapak sih sudah nggak sabar untuk merasakan sedotanmu yang lain!”

“Saya juga sudah ndak sabar pengen nyoba sodokan kontol bapak ang besar ini!” Kataku sambil terus mengelus dan mengocok kejantanan Pak Jarot. “Gimana kalau kita mulai sekarang saja?”.

Pak Jarot mengangguk. Beliau mengangkat tubuhku ke atas pangkuannya. Kedua kakiku mengangkangi tubuhnya sehingga memekku yang sudah basah menganga lebar, menanti sebuah benda tumpul mengoyaknya.

“Giman, Lis? Kamu sudah siap?’ tanya Bapak meyakinkanku.

Aku mengangguk pelan sambil menatap sayu wajah Bapak. Perlahan-lahan tangan kanan Pak Jarot membimbing kontolnya yang sudah berdiri angkuh ke arah memekku. Aku sempat menahan nafas selama beberapa detik. Namun Pak Jarot ternyata belum memasukkan kontolnya ke gua darbaku. Beliau malah mempermainkan ujung kontolnya di bibir vaginaku. Beliau menggesek-gesekkan ujung penisnya di permukaan kelentitku yang berdenyut-denyut.

“Ooouccchh…., ooouuchh…, Ssshhhtt….! Aduh, Pak….geli….ooucchh…!”

“Gimana sayang? enakkan?”

“Aduh, Pak! cepetan masukin dong! Saya udah nggak sabar nih…., aauhh….!”aku kelonjatan menahan rasa antara geli dan nikmat. keringat mengalir deras membasahi tubuh kami. Terlebih ketika Pak Jarot mulai menusukkan ujung kontolnya ke memekku.

“Aduh…! Ooouhh…., sakit Pak!” rintihku menahan rasa perih di bibir kemaluanku.

“Tenang saja, Lis! Tahan dulu, nanti juga rasa perihnya akan hilang sendiri!”

Kembali Pak Jarot menusukkan batang kontolnya yang besar itu lebih dalam lagi, sambil memegang buah pantatku. Dengan naluriku, akupun menurunkan pantatku sambil mencengkeram erat pundak Bapak agar kontol beliau segera masuk seutuhnya. Dan…, Blesss….! akhirnya kontol Bapak yang besar itu bisa menembus gua darbaku.

Meskipun aku sudah tidak perawan lagi, namun Pak Jarot tidak mempertanyakannya. Untuk beberapa saat bapak membiarkan kontolnya terbenam di dalam rongga vaginaku. Kemudian dengan menyelonjorkan kedua kakinya, belia mengangkat sedikit pantatku dan menekannya kembali ke bawah secara perlahan.

“Ooouhhh….!” beliau mendengus nikmat. Aku tahu yang diinginkan Pak Jarot. Dengan kedua tanganku bertumpu di dada kekarnya, aku mulai mengayunkan pantatku ke atas dan ke bawah secara perlahan.

“Ooouuhhh…., yeah! Bagus, Lis! Terus….!”

“Aduh, Pak! Kontol Bapak kegedean….ooucchhh….!” aku merintih. Ada rasa nyeri disekitar bibir vaginaku. Namun aku menahannya dan terus mengayunkan pantatku. Hasilnya, rasa perih itu perlahan-lahan menghilang, berganti dengan rasa nikmat yang luar biasa. Terlebih saat aku membuat gerakan pantat memutar, terasa banget urat-urat yang bertonjolan di batang kontol Bapak menggesek-gesek dan mengorek-ngorek dinding vaginaku.

“Alamaaakkk…! Nikmat banget goyanganmu, Lis! Oouhhh… yeah…. jepitanmu sungguh mantap!”

Semakin lama gerakanku semakin liar. Menghentak-hentak dan meliuk-liuk di atas tubuh Pak Jarot, pria yang sudah aku anggap ayahku sendiri itu. Kami terus berpacu melawan waktu. Desahan, lenguhan dan rintihan nikmat terdengar memburu, seiring dengan tarian keringat yang mengalir di tubuh kami.

“Ooouucchh…,Pak! Sulis sudah nggak kuat lagi Pak! Ooouugghh….Ooouugghh!”

“Sabar sebentar ya sayang! Ayo, lebih cepat lagi goyangnya! Ooohhh…!” aku mempercepat gerakanku, bergoyang-goyang dan menjepit-jepit batang kontol Pak jarot. Sampai akhirnya…..

“Aaarrggghhhh…..! Sulis keluar, Pak! Ooohhhh…!”

Aku sudah tidak bisa menahan magma panas yang keluar meleleh dari dalam memekku. Tubuhku seketika lunglai. Seluruh tulangku seolah rumuk. aku memeluk erat tubuh kokoh ayahku itu. Namun Pak Jarot masih terlihat tangguh. Beliau masih terus menyodokkan kejantanannya yang masih berdiri angkuh. Menghunjam dahsyak ke dalam memekku sampai terdengar bunyi yang berkecipak.

Ceplok…!Ceplok…! Ceplok…!

“Ayo Sayang! Goyangkan pantatmu….! Beri bapak kepuasan! Oooouuhhh…..!”

Dengan sisa-sisa tenagaku aku berusaha menggoyangkan pantatku, menjepit dan memelintir batang kontol Pak Jarot di dalam memekku.

“Ayo Lis! Lebih cepat lagi….! Ooohhh…., ssshhhttt…..! Bapak sudah mau…., keluar….ooouhhhh!”

Kami mempercepat gerakan mengayun. Sampai beberapa saat kemudian, aku merasakan batang kontol Pak Jarot mulai berdenyut-denyut di dalam rongga vaginaku. Makin lama denyut kontol Pak Jarot semakin cepat, sampai…..

Crottt….! Croottt…! Croootttt….!

“Aaaaggghhhh….ooougghhh…., akhirnya!” Pak Jarot mengerang panjang sambil tetap membenamkan batang kontolnya. Cairan panas dan kental menyembur deras dari kejantanan Pak jarot. Meluber membasahi paha kami sampai dengan sofa beludru yang menjadi saksi bisu pergumulan kami.

“Ooohh.., Bapak memang benar-benar hebat!”

“Permainanmu juga hebat Lis! Bapak belum pernah merasakan senikmat ini sebelumnya!”

Aku mencium bibir Pak Jarot kembali, “Pantesan banyak wanita yang tergila-gila sama bapak! Semuanya pasti ketagihan jika merasakan kehebatan bapak!” pujiku.

Malam itu bukanlah malam yang terakhir bagi kami untuk bercumbu. aku sendiri memang sudah ketagihan akan kehebatan kontol Ayah tiriku itu. Sering kali aku mengundang Pak Jarot ke kamarku hanya untuk meminta kenikmatan dari batang kontolnya yang besar itu.
Share: